Jasmine dan Pengosongan Raport

Akun Instagram yang memunculkan diskusi panjang seputar nasib Jasmine yang raportnya kosong karena membela Timnas.

BATU- Nama Jasmine Sefia Waynie Cahyono dua hari ini tenar di public Kota Batu, meskipun keberadaannya sudah tidak lagi di Kota Batu, namanya santer disebut pasca SMPN 02 Kota Batu mengosongkan raport pemain termuda Timnas Piala AFF U16 ini tidak sesanter saat ia memperkuat Persikoba Putri.

 

Sebuah akun Instagram mengapload perjalanan hidup Jasmine yang karena membela Timnas Putri, ia mendapatkan perlakuan yang dibahasakan akun Instagram ini dengan sebutan diskriminasi yang dilakukan oleh pihak sekolah.

 

Nitizen yang sebagian besar penggemar bola mengutuk sikap sekolah ini, hingga akhirnya terjadi perdebatan terbuka antara penggemar bola pro dan kontra. Ada yang menyebut sikap sekolah tersebut menggambarkan kediktaktoran sekolah tanpa memandang kondisi  yang dialami oleh Jasmine.

 

Kubu yang pro melihat apa yang sedang dilakukan oleh Jasmine sebenarnya proses pembelajaran yang sama seperti yang diberikan di bangku sekolah.

 

“Di otak kita terpikir, Pendidikan itu hanya identic dengan nilai akademik. Dan kita lupa bahwa tujuan pendidikan adalah membantu, kalua boleh saya katakan disini melayani proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara optimal sesuai minat, bakat dan kemampuannya,” ujar Nitizen.

 

Para penggemar olahraga ini menyayangkan di zaman milineal masih mengemukan permasalahan anak tidak masuk sekolah. Padahal modul bisa diberikan secara online, tugas online, ujian online nilai juga diberikan online.

 

“Bagaimana talenta anak bisa berkembang secara optimal kalua masih dibebani konsep berfikir feodal. Tujuan pendidik salah satunya adalah membantu perkembangan siswa, secara optimal sesuai minat, bakat dan kemampuannya,” ujarnya.

 

Sementara itu Wali Kota Batu, Dra Hj Dewanti Rumpoko MSi mengatakan hal yang berbeda. Ia mengatakan bahwa sekolah tetap membutuhkan penilaian dari aktifitas belajar yang dilakukan siswa ini.

 

“Guru dan kepala sekolah sudah menyarankan agar yang bersangkutan pindah sekolah ke tempat terdekat dengan tempat latihan, Mbak Jasmine ini banyak latihan di Malang, proses perpindahan bisa diuruskan Dinas Pendidikan,” kata wali kota.

 

Solusi kedua adalah Jasmine menempuh home scholling atau mengikuti kejar paket agar dua tujuan bisa terlaksana dengan baik. “Karena Jasmine kan kelas 2 SMP, sebentar lagi kelas 3 SMP dan harus mengikuti Ujian Nasional, ditakutkan nanti nilainya tidak bisa masuk, karena sekarang semua terkomputerisasi secara nasional, kalua sudah begitu kita tidak bisa membantu,” ujarnya.

 

Wali Kota menegaskan bahwa sekolah ngeman masa depan Jasmine, karena masa depan Jasmine diluar olahraga juga ada. “Prestasi olahraga dapat, ijazah di sekolah juga bisa diraih,” ujarnya. (HMS)